Blog farmasis

Rabu, 11 Agustus 2010

MATERI BIOKIMIA

PROTEIN

                BIOKIMIA SCIENTIST
Protein adalah segolongan besar senyawa organik yang dijumpai dalam semua makhluk hidup. Protein terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, dan kebanyakan juga mengandung sulfur. Bobot molekulnya berkisar dari 6000 sampai beberapa juta. Molekul protein terdiri dari satu atau beberapa panjang polipeptida dari asam-asam amino yang terikat dengan urutan yang khas. Urutan ini dinamakan struktur primer dari protein. Polipeptida ini dapat melipat atau menggulung. Sifat dan banyaknya pelipatan menyebabkan timbulnya struktur sekunder. Bentuk tiga dimensi dari polipeptida yang menggulung atau melipat ini dinamakan struktur tersier. Struktur kuartener muncul dari hubungan struktural beberapa polipeptida yang terlibat. Jika dipanaskan di atas 50 oC atau dikenai asam atau basa kuat, protein kehilangan struktur tersiernya yang khas dan dapat membentuk koagulat yang tak larut (misalnya putih telur). Proses ini biasanya mentakaktifkan sifat hayatinya.
Protein dalam bahan makanan yang dikonsumsi manusia akan diserap oleh usus dalam bentuk asam amino. Kadang-kadang asam amino yang merupakan peptida dan molekul-molekul protein kecil dapat juga diserap melalui dinding usus, masuk ke dalam pembuluh darah. Hal semacam inilah yang akan menghasilkan reaksi-reaksi alergik dalam tubuh yang seringkali timbul pada orang yang memakan bahan makanan yang mengandung protein seperti susu, ikan laut, udang, telur dan sebagainya.
Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Struktur primer menunjukkan jumlah, jenis dan urutan asam amino dalam molekul protein. Oleh karena ikatan antara asam amino ialah ikatan peptida, maka struktur primer protein juga menunjukkan ikatan peptida yang urutannya diketahui. Untuk mengetahui jenis, jumlah dan urutan asam amino dalam protein dilakukan analisis yang terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1.Penentuan jumlah rantai polipeptida yang berdiri sendiri.
2.Pemecahan ikatan antara rantai polipeptida tersebut.
3.Pemecahan masing-masing rantai polipeptida, dan
4. Analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida.
Penentuan kadar protein dapat dilakukan dengan berbagai metode bergantung pada jenis sampel dan ketersediaan alat serta bahan (pereaksi). Metode yang umum digunakan adalah metode Kjeldahl, Lowry dan Biuret. Penentuan kadar protein dengan metode biuret didasarkan atas pengukuran absorban dari senyawa kompleks antara protein dengan pereaksi biuret yang berwarna ungu. Hal ini terjadi apabila protein bereaksi dengan tembaga (salah satu komponen dari biuret) dalam suasana basa.

DNA & EKSPRESI GENETIK

Asam nukleat adalah polinukleotida yang terdiri dari unit-unit mononukleotida, jika unit-unit pembangunnya dioksinukleotida maka asam nukleat itu disebut dioksiribonukleat(DNA) dan jika terdiri dari unit-unit mononukleotida disebut asam ribonukleat(RNA).

DNA dan RNA mempunyai sejumlah sifat kimia dan fisika yang sama sebab antara unit-unit mononukleotida terdapat ikatan yang sama yaitu melalui jembatan fosfodiester antara posisi 3′ suatu mononukleotida dan posisi 5′ pada mononukleotida lainnya(Harpet, 1980).

Asam-asam nukleat seperti asam dioksiribosa nukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA) memberikan dasar kimia bagi pemindahan keterangan di dalam semua sel. Asam nukleat merupakan molekul makro yang memberi keterangan tiap asam nukleat mempunyai urutan nukleotida yang unik sama seperti urutan asam amino yang unik dari suatu protein tertentu karena asam nukleat merupakan rantai polimer yang tersusun dari satuan monomer yang disebut nukleotida(Dage, 1992).

Dua tipe utama asam nukleat adalah asam dioksiribonukleat(DNA) dan asam ribonukleat(RNA). DNA terutama ditemui dalam inti sel, asam ini merupakan pengemban kode genetik dan dapat memproduksi atau mereplikasi dirinya dengan tujuan membentuk sel-sel baru untuk memproduksi organisme itu dalam sebagian besar organisme, DNA suatu sel mengerahkan sintesis molekul RNA, satu tipe RNA, yaitu messenger RNA(mRNA), meninggalkan inti sel dan mengarahkan tiosintesis dari berbagai tipe protein dalam organisme itu sesuai dengan kode DNA-nya(fessenden, 1990).
Meskipun banyak memiliki persamaan dengan DNA, RNA memiliki perbedaan dengan DNA, antara lain yaitu(Poedjiati, 1994):

1. Bagian pentosa RNA adalah ribosa, sedangkan bagian pentosa DNA adalah dioksiribosa.
2. Bentuk molekul DNA adalah heliks ganda, bentuk molekul RNA berupa rantai tunggal yang terlipat, sehingga menyerupai rantai ganda.
3. RNA mengandung basa adenin, guanin dan sitosin seperti DNA tetapi tidak mengandung timin, sebagai gantinya RNA mengandung urasil.
4. Jumlah guanin dalam molekul RNA tidak perlu sama dengan sitosin, demikian pula jumlah adenin, tidak perlu sama dengan urasil.
Selain itu perbedaan RNA dengan DNA yang lain adalah dalam hal(Suryo, 1992):

1. Ukuran dan bentuk
Pada umumnya molekul RNA lebih pendek dari molekul DNA. DNA berbentuk double helix, sedangkan RNA berbentuk pita tunggal. Meskipun demikian pada beberapa virus tanaman, RNA merupakan pita double namun tidak terpilih sebagai spiral.

2. Susunan kimia
Molekul RNA juga merupakan polimer nukleotida, perbedaannya dengan DNA yaitu:
a. Gula yang menyusunnya bukan dioksiribosa, melainkan ribosa.
b. Basa pirimidin yang menyusunnya bukan timin seperti DNA, tetapi urasil.

3. Lokasi
DNA pada umumnya terdapat di kromosom, sedangkan RNA tergantung dari macamnya, yaitu:
a. RNA d(RNA duta), terdapat dalam nukleus, RNA d dicetak oleh salah satu pita DNA yang berlangsung didalam nukleus.
b. RNA p(RNA pemindah) atau RNA t(RNA transfer), terdapat di sitoplasma.
c. RNA r(RNA ribosom), terdapat didalam ribosom.

4. Fungsinya
DNA berfungsi memberikan informasi atau keterangan genetik, sedangkan fungsi RNA tergantung dari macamnya, yaitu:
a. RNA d, menerima informasi genetik dari DNA, prosesnya dinamakan transkripsi, berlangsung didalam inti sel.
b. RNA t, mengikat asam amino yang ada di sitoplasma.
c. RNA t, mensintesa protein dengan menggunakan bahan asam amino, proses ini berlangsung di ribosom dan hasil akhir berupa polipeptida.

RekayasA Genetika

Rekayasa Genetika adalah teknik yang dilakukan manusia mentransfer (memindahkan )gen (DNA) yang dianggap menguntungkan dari satu organism kepada susunan gen (DNA) dari organism lain.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rekayasa genetika genetika secara sederhan urutannya sebagai berikut :
1. Mengindetifikasikan gen dan mengisolasi gen yang diinginkan.
2. Membuat DNA/AND salinan dari ARN Duta.
3. Pemasangan cDNA pada cincin plasmid
4. Penyisipan DNA rekombinan kedalam tubuh/sel bakteri.
5. Membuat klon bakteri yang mengandung DNA rekombinan
6. Pemanenan produk.
Manfaat Rekayasa Genetika
a. Meningkatnya derajat kesehatan manusia, dengan diproduksinya berbagai hormone manusia seperti insulin dan hormone pertumbuhan.
b. Tresedianya bahan makanan yang lebih melimpah.
c. Tersedianya sumber energy yang terbaharui.
d. Proses industry yang lebih murah.
e. Berkurangnya polusi.

MEMBRAN  & KOMUNIKASI ANTAR SEL
TRANDUKSI ENERGI
METABOLISME
Metabolisme

Metabolisme merupakan pertukaran zat pada organism yang meliputi proses fisika dan kimia, pembentukan dan penguraian zat di dalam badan yang memungkinkan berlangsung hidup.
Proses metablosme ada dua yaitu anabolisme dan katabolisme.
Anabolisme adalah pembentukan molekul-molekul kompleks dari molkul sederhana, contoh ; fotosintesis.
Katabolisme adalah penguraian molekul-molekul kompleks menjadi molekul-molekul sederhana, contohnya respirasi.
Makanan yang dikomsumsi oleh organism akan mengalami proses metablosme. Ketersediaan makanan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan energy. Jika jumlah makanan melebihi kebutuhan, maka kelebihannya akan disimpan di dalam jaringan terutama dalam bentuk lemak dan glikogen (gula otot). Apabila tubuh tidak mendapatkan energy yang cukup, maka simpanan lemak dan glikogen akan dipecah kembali menjadi energy.






-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


THANKS

PENGANTAR MATERI BIOKIMIA

pengantar
Proses belajar di tingkat II FKUI dilakukan menggunakan cara pembelajaran terintegrasi, yang menggabungkan cabang ilmu Anatomi, Histologi, Ilmu Faal, Biokimia, Ilmu Gizi dan Ilmu Kedokteran Komunitas dalam waktu 2 semester (3 dan 4). Untuk mempermudah para mahasiswa memahami dan mengintegrasikan pengetahuan ilmu ybs mahasiswa dibekali pengetahuan dasar Ilmu Biokimia.
Ilmu Biokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang peranan berbagai molekul dalam reaksi kimia dan proses yang berlangsung dalam makhluk hidup. Jangkauan ilmu Biokimia sangat luas sesuai dengan kehidupan itu sendiri. Tidak hanya mempelajari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia, ilmu Biokimia juga mempelajari berbagai proses pada organisme mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Untuk memberikan pemahaman mengenai konsep-konsep dasar yang terjadi dalam berbagai proses dalam kehidupan, maka diberikanlah Modul pengantar Biokimia ini yang dibagi menjadi empat mata ajaran utama yaitu
1.     PROTEIN.
Protein merupakan makromolekul terbanyak dalam makhluk hidup dan mempunyai berbagai peranan penting. Protein terpenting adalah enzim yang merupakan biokatalisator dalam sel. Selain itu protein juga berfungsi sebagai alat transport (hemoglobin), alat pertahanan tubuh (antibodi), hormon, dan lain-lain.

2.     DNA & EKSPRESI GENETIK.
DNA mengandung informasi genetik yang kemudian disalin dan diterjemahkan sehingga dibentuk asam amino yang kemudian menjadi protein. Juga dibahas mengenai DNA rekombinan, rekayasa genetik dan proyek human genome.

3.     MEMBRAN & KOMUNIKASI ANTAR SEL.
Setiap sel makhluk hidup dibungkus oleh membran yang menyebabkan isi sel tidak bercampur dengan luar sel. Walaupun dilapisi oleh membran, tetap terjadi interaksi antara sel yang satu dengan sel yang lain karena adanya komunikasi antar sel yang diperantarai oleh berbagai caraka kimia dan reseptornya pada membran dan diteruskan dengan berbagai proses dalam sel.

4.     TRANSDUKSI ENERGI & METABOLISME.
Metabolisme membahas bagaimana caranya terbentuk energi (ATP) dalam bioenergetika. Juga dibahas mengenai bagaimana caranya makromolekul yang diperoleh dari makanan dapat diolah menjadi mikromolekul sehingga dapat digunakan tubuh untuk menghasilkan energi. Juga dibicarakan bagaimana makromolekul dapat dibentuk di dalam tubuh dari prekursornya beserta proses pengaturannya dan enzim-enzim yang berperan. Selain itu, dibahas juga mengenai metabolisme non-nutrien, seperti nukleotida, porfirin dan xenobiotik.
Pemahaman mengenai Ilmu Biokimia bermanfaat bagi mahasiswa  untuk memahami berbagai fenomena dalam mempelajari penyakit dan perkembangan ilmu kedokteran yang sangat pesat.
Pada akhir modul pengantar biokimia mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan konsep dasar ilmu Biokimia dalam kaitannya dengan mekanisme serta pengendalian kerja berbagai sistem dalam tubuh

Senin, 09 Agustus 2010

Teknik Dasar Pembuatan Potio

Potio atau sirup obat yang diminum dalam pembuatannya pada praformulasi umumnya dilakukan hal-hal berikut :
Melarutkan zat aktif dilarutkan dahulu sesuai kelarutannya, kelarutan zat dapat dilihat pada buku standar Farmakope Indonesia III atau FI IV.
Bila zat aktif tidak larut, maka perlu dibuat suspensi, pensuspensi yang umum digunakan :
Carboxy Methyl Celullose (CMC) 0,5 – 2 % b/v (umumnya 1%), perlakuan terhadap CMC dengan cara ditabur di atas air panas (dua puluh kalinya).
Pulvis Gummosus (PGS) 1%, biasanya untuk bahan obat yang kurang berkhasiat keras.
Pulvis Gummosus (PGS) 2%, biasanya untuk bahan obat yang berkhasiat keras.

Bila sirup mengandung bahan minyak, maka sediaan dibuat emulsi, misalnya:
- Minyak ikan (dipakai Pulvis Gummi Arababicum (PGA) 30% dari berat minyak).
- Minyak jarak (dipakai PGA 1/3 kali berat minyak).
- Parafin cair : sebaiknya dipakai PGA ½ kali jumlahnya, dibuat corpus dulu, baru ditambahkan            parafin sedikit-sedikit.

SASA (solutio)
- Jika ada sirup, ditimbang ke dalam sirup, sambil diaduk-aduk.
- Jika tidak ada sirup, ditambahkan terakhir ke dalam botol, sambil dikocok.
- Succus : digerus dengan air panas secukupnya, jangan terlalu banyak, sulit menggerusnya.
- Tingtur atau Ekstrak cair : diencerkan dengan air secukupnya, atau langsung dimasukkan ke dalam    botol sidikit-sedikit sambil dikocok.
- Ekstrak kental : diencerkan dengan air hangat secukupnya.
- Ekstrak Opii; Pantopon : ditaburkan di atas air sama banyak, diamkan 15 menit, gerus encerkan.
- Iulapium : Iulapium Rubrum (sirup Rhoeados), Iulapium Fuscum (sirup Aurantii) dan Iulapium Album  (sirupus simplex).
- Sirup quantum satis (q.s) : jika bahan obat keras diambil 10% (dalam gram), jika obat keras harus ditanyakan jumlahnya.
- Saccharum album = gula : kalau diganti dengan sirupus simplex = 100/65 x jumlah gula
- Sirup : berfungsi menstabilkan “corpus” (suspensi atau emulsi), ditambahkan ke dalam corpus sebelum diencerkan dengan air.
- Jika ada pembasah (wetting agent) : bahan yang tidak larut digerus dulu dengan pembasah, baru digerus dengan zat pensuspensi.
Contoh zat pembasah : Gliserol, Propilen Glikol, Sorbitol, Tween.
- Arsen trioksida : diganti dengan solutio Kalii arsenitis sebanyak 100 kalinya.

Teknik Dasar Pembuatan Salep

Pada pembuatan salep bila ada bahan obat berupa serbuk, umumnya dikerjakan seperti pada pembuatan pulvis/pulveres. Tambahkan basis salep sama banyaknya, gerus sampai homogen, tambahkan sisa basis, gerus sampai homogen.  Bila dalam salep mengandung bahan-bahan obat tertentu, pengambilan bahan dilakukan dan diambil dengan cara berikut ini :

• Acid Boric : ambil pulveratum.
• Zinci Oxydum : digerus dengan basis panas (basisi dilelehkan, atau mortir dan stamper dipanaskan.
• Cera, Parafin, Cetaceum : dileburkan dengan basis lainnya, dinginkan sambil diaduk-aduk.
• Lanolin : ¾ bagian adepslanae dan ¼ bagian air.
• Balsam Peru, Ichtyol : ditambahkan terakhir.
• Krisarobin : dilarutkan dengan cara dileburkan bersama basis.
• Minyak ikan : tidak boleh terkena panas (karena Vitamin A dan Vitamin D di dalamnya akan rusak))
• Protargol : ditaburkan di atas air sama banyak, diamkan 15 menit di tempat gelap, gerus sampai homogen, ditambahkan ke dalam basis salep, gerus sampai homogen.
• Salep Gondopuro (Formularium Nasional) : semua bahan dimasukkan ke dalam pot salep (dari bahan gelas), dileburkan sambil ditutup rapat, dinginkan sambil digoyang-goyang.

Teknik Dasar Pembuatan Serbuk Obat (Pulvis dan Pulveres)

Serbuk obat disebut juga puyer dapat dibagi menjadi serbuk terbagi (Latin: Pulveres) dan serbuk tidak terbagi (Latin: Pulvis). Pembuatannya secara umum dapat dijelaskan berikut ini :
  • Mulai dari yang kasar, jika bahan yang kasar tersebut keras, harus digerus dahulu sampai halus, baru digerus dengan yang lain. Jika semua bahan halus, digerus dari dua bahan yang paling sedikit.
  • Bahan yang sangat sedikit digerus dalam mortir yang dialasi terlebih dahulu SL (Saccharum Lactis) untuk obat dalam atau bahan yang lainnya dan Talk atau Kaolin untuk obat luar.
  • Bila resep mengandung bahan Camphora, Menthol, Thymol, Acid Benzoic, Acid Salicylic : ditetesi etanol (spiritus fortior), kemudian keringkan dengan SL.
    Catatan : Acetosal tidak perlu ditetesi etanol. Campuran eutektik (campuran Camphor dan Menthol atau dengan Thymol) : masing-masing ditetesi etanol, dikeringkan dengan SL, baru dicampurkan.
  • Garam berair kristal : diganti dengan eksikatusnya.
  • Tingtur dan ekstrak cair : bila kurang dari 2 gram : digerus di mortir panas dengan SL sampai kering, sedangkan lebih dari 2 garam : diuapkan sampai seperti tingtur banyak, dapat diuapkan lagi secukupnya sampai kira-kira sama banyak dengan SL-nya.
  • Ekstrak kental : ditetesi etanol dilutum (= etanol 70%), keringkan dengan SL di mortir panas.
  • Sulfur, Stibii Pentasulfida atau Rifampisina (warna merah kuning, susah hilang dari mortir) : digerus diantara bahan tambahan/inert, seperti SL.
  • Bila dalam pulveres ada tablet : tablet digerus halus, baru dicampurkan dengan bahan lain.
    Elaeosacchara : Elaeosacchara Lactis dalam pulveres : terdiri dari 2 gram SL dan 1 tetes minyak atsiri.
  • Obat-obat paten yang di”loco” (diganti) : usulkan penggantiannya, kecuali sudah dianggap sinonim.
  • Dosis Maksimum (DM) lebih dari 80% dan 100% : penimbangan satu per satu, jika diberi paraf dan tanda seru, yang dituliskan tepat dibelakang nama bahannya pada resep.
  • Pengenceran : dengan SL dan Carmin, dengan SVCS tanpa Carmin.
  • Bila mengandung tablet salut : tabletnya ditumbuk halus, kemudian diayak yang halusnya dicampur dengan yang lainnya.

Pengenceran bahan dalam mengerjakan resep biasanya kalau bahan obat yang akan ditimbang kurang dari 50 mg, karena penimbangan bi bawah 50 mg kurang akurat maka dilakukan pengenceran supaya bahan obat yang jumlahnya kecil dosisnya dapat tetap dijaga.
Misalnya bila dalam resep kita hendak menimbang Diazepam 20 mg.
Timbang Diazepam 50 mg, bisa ditambahkan zat warna sedikit (untuk melihat kehomogenan campuran obat nanti), seperti carmin, ditambah saccharum lactis 2.450 mg. Dalam mortir, gerus saccharum lactis sebagian, tambahkan Diazepam, zat warna (carmin), gerus hingga homogen (warna merah merata), tambahkan sisa saccharum lactis sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen. Dari campuran ini ditimbang = 1.000 mg
  Untuk Diazepam 20 mg = 20/50 x 2.500 mg
  = 1.000 mg
Dari campuran 1.000 mg ini mengandung 20 mg Diazepam dari hasil pengenceran Diazepam dalam saccharum lactis ini yaitu 1.000 mg (1:50).
Pegngenceran bisa dilakukan dengan perbandingan 10 kali, 30 kali, 50 kali. Hasil pengenceran dari serbuk ini sebaiknya paling sedikit 200 mg.

Pengenceran untuk obat dalam sediaan cair :
Sebaiknya diencerkan dalam pelarut yang sesuai atau pembawa lainnya seperti air bila pembawanya air sebagai pelarut. Misal menimbang Vitamin B1 (Thiamin HCl) 10 mg. Vitamin B1 ini larut dalam air, jadi timbang Vitamin B1 sebanyak 50 mg, dilarutkan dalam air hingga 10 mL.
Untuk 10 mg Vitamin B1, diambil dari campuran larutan sebanyak :
  10/50 x 10 mL = 2 mL
  Jadi dalam campuran 2 mL ini mengandung 10 mg Vitamin B1 hasil pengenceran dengan perbandingan   = 1 : 200.

Singkatan yang Sering Dijumpai Dalam Resep

1. S. bdd. Cth 1 = S.2 dd cth 1 = Signa bis de die cochlear theae 1
  = bid. = bis in die
  = Sehari 2 x 1 sendok teh

2. S. tdd c 1 = S. 3 dd c 1 = signa ter de dic cochlear
  = sehari 3 x1 sendok makan

3. S.4 dd p 1 = signa quarter de die pulvis 1
  = sehari 4 x 1 bungkus

4. S.5 dd p II = sigma quinquis de die pulpvis I
  = sehari 6 x 1 bungkus

5. S.6 dd pI = signa sexies de die pulvis I
  = sehari 6 x 1 bungkus

6. S. bid p I = signe bis in die pulvis II ante coenam
  = sehari 2 x 2 bungkus sebelum makan

7 S. o. h. cth = sigma omni hora cochlear
  = tiap jam satu sendo teh

8. s. o. b. c I = s. o 2 hc = sigma omni bihorio cochlear
  = tiap 2 jam satu sendok makan.

9. s. o tr.. h. c I = s. o 3 hc = sigma omni thrihorib cochlear
  = tiap 3 jam satu sendok makan

10. s.o. 4 h. c I = sigma omnibus quattuor horis cochlear
  = tiap 4 jam satu sendok makan

11. s.o.5 h. c I = omnibus quinque horis cochlear
  = tiap 5 jam 1 sendokl makan

12. s. 3 – 4 dd loz I = sigma 3-4 de die lozenges I
  = sehari 3-4 kali 1 tablet hisap

13. s.o.s applic = sie opus sit appilcandum
  = dipakai bila perlu

14. s.n.s = sigma nas sic = jika perlu

15. s.h. s CI = sigma hora somni cochlear I
  = pada waktu hendak tidur 1 sendok makan

16. s.em.et v gtt II as = sigma mane et vespere guttae II auris sinistra
  = pagi dan malam masing-masing 2 tetes pada kuping kiri/ telinga
  ad = augris dextaa = kuping kanan/ telinga kanan
  m = mane = pagi hari
  v = vespere = malam hari

17.s.m supp I = tiap pagi 1 buah

18 s.v. applic = digunakan malam hari

19. s.3 dd p II ½ hpc = sigma terde die pulpis II ½ hora post coenam
  = sehari 3 x 2 bungkus setengah jam sesudah makan

20. s. mix. Agitanda = campuran kocok

21. S.u.c =sigma usus cognitus = pemakain diketahui
22. s.u.n = sigma usus notus = pemakaian diketahui
23. s. u e = sigma usus externus = pemakain luar
24. m.d.e pulv. ads = misce da signa pulv adspersorius
  = campurlah, serahkan dan tandailah serbuk tabur/ bedak tabur

25. s.p. r. n = sigma pro renata = kadang-kadang, apabila perlu
26. d.t.d = desis da tales dosis
  = berikanlah dengan takaran sebanyak itu.

27. d.i.d = da in dim = da in dimido = berilah ½ nya
28. da pars tertia = dibuat 1/3 nya
29. das pars quarta = dibuat ¼ nya
30. da pars quinta = dibuat 1/5 nya
31 da pars sexta = dibuat 1/6 nya
32. da in duplo/ d.i.2plo = dibuat 2 kalinya

33. da in triplo/ di. 3 plo = dibuat 3 kalinya
34. a, aa = ana = masing-masing
35. add = adde = tambahkan
36. s. haust. = signa haustus = diminum sekaligus habis
  - hand lotion = lotio untuk tangan
  - gargarisma = obat kumur sampai ke tengorokan
  - Colutio oris = collutorium = obat kumur / cuci mulut
  - Acne cream = kream jerawat
  - Linimentum/ lin = obat gosok
  - Rhino guttae = obat tetes hidung
  - naristillae = obat semprot/cuci hidung